Hari Kemerdekaan yang Menggetarkan
Cerahnya sinar mentari pagi, Rabu 17 Agustus 2011 yang baru berlalu,
mengiringi jalannya upacara HUT RI ke-66 di lapangan hijau kampus Pondok
Pesantren Terpadu Darul Iman. Para santri peserta upacara yang
mengenakan seragam putih-putih, tak bergeming sedikt pun ; mereka tetap
di tempatnya hingga akhir upacara. Pun juga jajaran dewan asatiz yang
berseragam ; khidmat mengikuti jalannya upacara tahunan ini.
Sejak
pagi, instrumen lagu-lagu nasional diputar melalui sound system,
bergema di kawasan pondok dan sekitarnya. Hiasan bendera-bendera kecil
dan pita merah-putih yang membalut beberapa bagian gedung, semakin
menyemarakkan suasana. Menandai sekaligus mengokohkan identitas upacara
yang akan segera digelar ; upacara peringatan hari kemerdekaan negeri
tercinta.
Pukul 08.15 WIB, upacara pun dimulai. Ust H Dede
Ahmad Permana MA bertindak selaku inspektur upacara. Asropul Anam -
santri kelas 2 Aliyah asal Panimbang - mendapat kepercayaan sebagai
Komandan Upacara. Teriakannya yang lantang saat menyiapkan barisan dan
menghormat bendera, membuat seluruh peserta upacara terkesiap, hingga
mereka tak beranjak sediki pun dari posisi sikap sempurna. Sedangkan
Qori Maulidini - ketua OSDI Pi 2011-2012 - menjadi MC. Suaranya
menggema, didukung intonasi yang tepat, semakin memastikan bahwa ini
bukanlah upacara biasa.
Kemudian, tujuh belas orang Tim
Paskibra dengan penuh percaya diri mengibarkan Sang Merah Putih.
Derap
langkah mereka begitu kompak dan teratur. Membanggakan. Tak sia-sia
mereka berlatih bersama Serda Saeful, dari Kodim 0601 Pandeglang yang
sengaja dihadirkan ke Darul Iman.
Upacara HUT RI di
pesantren, adalah salah satu cara memupuk rasa kecintaan para santri
terhadap negeri pertiwi. Demikian ditegaskan inspektur upacara, dalam
amanatnya. Melalui kegiatan upacara, para santri hendaknya memahami
betapa besar jasa para pahlawan yang gugur dalam memperjuangkan
kemerdekaan.
"Tugas kita sekarang adalah mengisi
kemerdekaan, dengan pembangunan. Bagaimana caranya? Bagi para santri, ya
dengan belajar", tutur inspektur upacara.
Sikap
bermalas-malasan dalam belajar, pada hakikatnya adalah pengkhianatan
terhadap nikmat kemerdekaan. Perilaku orang yang tidak mensyukuri nikmat
kemerdekaan. Demikian sambung inspektur.
Para peserta
upacara mengikuti jalannya upacara dengan tertib. Mereka nampak larut
dalam kekhusyuan. Iringan lagu Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta dan
lagu-lagu nasional, serta pembacaan Teks Proklamasi, seolah memancarkan
kekuatan yang menggetarkan kalbu-kalbu mereka. Imajinasi mereka seakan
terbawa menuju 66 tahun silam, ketika pertama kali kemerdekaan
diproklamirkan.
Usai upacara, seluruh santri dan dewan
asatidz, berkumpul di tepi lapangan, tepatnya di depan sebuah bangunan
terbuat dari bambu hitam, berukuran 3 x 9 meter. Itulah Saung Darul
Iman, disingkat SAUDI. Pagi itu, saung antik itu dihias cantik,
dikelilingi bendera-bendera kertas berukuran kecil, balon-balon, pita
dan bunga-bunga kertas. Semua warnanya sama ; pasangan merah putih.
Pada
momen 17 Agustus ini, SAUDI diresmikan, ditandai dengan pengguntingan
pita oleh Inspektur Upacara, diiringi doa dan tepuk tangan meriah para
hadirin. Tepuk tangan yang penuh suka cita dan semangat, dari para
santri yang sedang menyemai asa, di Darul Iman yang damai.
Salam Kemerdekaan dari Darul Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar