Mereka Bertemu Jodoh di Darul Iman
Abdul Gofur dan Ayoh Febriyanti yang baru saja melangsungkan
pernikahan beberapa hari lalu, hanyalah satu di antara sekian puluh
pasangan suami isteri yang sama-sama alumni – atau setidaknya pernah
menjadi santri – Darul Iman. Siapa saja yang lainnya? Berikut ulasannya.
Sekitar tahun 1996 atau 1997, Sony Tulung,
presenter acara Kuis Famili 100 di salah satu stasiun TV swasta,
bertanya kepada para peserta kuis, “Di mana orang biasa bertemu jodoh?”
Para peserta pun berlomba menjawab dengan jawaban yang variatif. Dan
ternyata, jawaban dengan rating tertinggi adalah “di kampus atau
sekolahan”.
Ya, survey membuktikan bahwa kampus atau
sekolahan terbukti menjadi sebuah tempat pertemuan jodoh yang paling
efektif. Satu bukti sederhana, adalah lembaga pendidikan kita tercinta,
Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman. Tak kurang dari 20 pasangan suami
isteri yang ada saat ini, adalah mereka yang sama-sama pernah mengecap
pendidikan di pesantren yang berdiri pada tahun 1991 ini. (Selengkapnya dapat dilihat di table)
Di
antara mereka, ada yang memang sudah saling mengenal sejak masih di
pondok, karena sama-sama aktif di organisasi atau karena memang satu
kelas. Kemudian perkenalan itu terus dilanjutkan hingga setelah lulus,
dan berakhir di pelaminan. Ini terjadi pada sebagian besar pasangan. Ada
lagi pasangan yang justru dekat ketika sama-sama telah lulus dari Darul
Iman. Saat di pondok, keduanya hanya kenal atau berteman biasa. Begitu
lulus, komunikasi di antara mereka mulai terbangun secara intensive dan
special
Tetapi yang unik, ada pasangan yang saat di
pondok, keduanya mengaku sama-sama tidak saling mengenal, karena jarak
angkatan yang jauh. Ayoh dan Gofur mewakili kelompok ini. “Saat di
pondok, saya tidak kenal dia, dan dia tidak kenal saya”, kenang Gofur,
beberapa hari sebelum pernikahan berlangsung. Ayoh pun mengiyakan. Kok
bisa? “Waktu itu, saya kelas VI, sedangkan Ayoh kelas I”, tutur Gofur
yang lulus dari Darul Iman pada tahun 2000. Bisa jadi, kala itu Gofur
konsentrasi penuh pada ujian akhir, sedangkan Ayoh yang baru masuk,
sibuk dengan masa adaptasi di lingkungan pesantren. Praktis, di antara
keduanya tidak ada komunikasi.
Santri-Guru
Perjodohan
yang terjalin dari Darul Iman, tak hanya sesame santri. Ada juga dari
kalangan guru yang menikah dengan santri, guru dengan guru, dan bahkan
santri dengan wali santri.
Di antara pasangan guru dengan
santri adalah Ust Abdurrosyad dengan Euis Hermawati, Usth Uus dengan
Fathurrahman, dan Ust Munif dengan Ani Mukarimah. Pasangan guru dengan
guru adalah Ust Ahmad Mujani dengan Usth Maesaroh.
Santri
menikah dengan santri, guru menikah dengan santri, atau santri menikah
dengan guru, barangkali termasuk hal yang lumrah terjadi. Yang jarang
terjadi adalah santri menikah dengan orangtua temannya sendiri. Seperti
yang dialami oleh Rohimah, santriwati asal Lampung yang menikah dengan H
Encep, yang tak lain adalah ayah Nurlela, kawan sekelas Rohimah di
Darul Iman. Dengan demikian, Rohimah tak lagi sekedar sahabat bagi
Nurlela, tetapi kini merangkap sebagai ibu.
Urusan jodoh
memang benar-benar rahasia ilahi. Hari ini teman sekelas, bisa jadi esok
lusa menjadi teman hidup. Seperti yang telah terjadi pada puluhan
pasangan alumni Darul Iman. Siapa lagi yang akan menyusul ?
No Suami / Angkatan Isteri / Angkatan
1 Abdul Gofur (IV) Ayoh Febriyanti (X)
2 Ahmad Juhaedi (X) Atria Sunengsih (X)
3 Munajat (VIII) Kiki Zakia (VII)
4 Anugerah Sejati (V) Dina (V)
5 Agung Rahadian (I) Nina Maryana (II)
6 Encuk Sudarma (I) Yanti (II)
7 Ust Dedi Wijaya Ade Eka Safitri (III)
8 Fahrudin (II) Titin Sumarni (II)
9 Nurhasan (I) Imas Masnah (V)
10 Fathurrahman (I) Usth Uus
11 Maulana Sodik (IV) Usth Eha
12 Ust Abdurrosyad Euis Hermawati (II)
13 Ust Munif Ani Mukarimah (2)
14 Jaka (V) Malul Hayat (V)
15 Ust Ahmad Mujani Usth Maesaroh
16 Nurhadiansyah (IV) Yuli Kurniawati (II)
17 Hasanudin (VI) Santi (X)
18 Heri (XI) Citra (XII)
19 Ryan Ruhyat Neni
20 H Encep (Wali Santri) Rohimah (I)
* Sumber data : wawancara dengan Ibu Dra Maesaroh, Kep MA Darul Iman.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusjka orang luar pesantren seperti saya ( saya dijakarta), bsa ga ya cri jodoh di pondok pesantren ni ? mohon jawaban akhi ukhti send ke : sehyoyada@yahoo.com
BalasHapus