Jumat, 27 April 2012

HUT RI 2011

Hari Kemerdekaan yang Menggetarkan

 

Cerahnya sinar mentari pagi, Rabu 17 Agustus 2011 yang baru berlalu, mengiringi jalannya upacara HUT RI ke-66 di lapangan hijau kampus Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman. Para santri peserta upacara yang mengenakan seragam putih-putih, tak bergeming sedikt pun ; mereka tetap di tempatnya hingga akhir upacara. Pun juga jajaran dewan asatiz yang berseragam ; khidmat mengikuti jalannya upacara tahunan ini.

Sejak pagi, instrumen lagu-lagu nasional diputar melalui sound system, bergema di kawasan pondok dan sekitarnya. Hiasan bendera-bendera kecil dan pita merah-putih yang membalut beberapa bagian gedung, semakin menyemarakkan suasana. Menandai sekaligus mengokohkan identitas upacara yang akan segera digelar ; upacara peringatan hari kemerdekaan negeri tercinta.

Pukul 08.15 WIB, upacara pun dimulai. Ust H Dede Ahmad Permana MA bertindak selaku inspektur upacara. Asropul Anam - santri kelas 2 Aliyah asal Panimbang - mendapat kepercayaan sebagai Komandan Upacara. Teriakannya yang lantang saat menyiapkan barisan dan menghormat bendera, membuat seluruh peserta upacara terkesiap, hingga mereka tak beranjak sediki pun dari posisi sikap sempurna. Sedangkan Qori Maulidini - ketua OSDI Pi 2011-2012 - menjadi MC. Suaranya menggema, didukung intonasi yang tepat, semakin memastikan bahwa ini bukanlah upacara biasa.

Kemudian, tujuh belas orang Tim Paskibra dengan penuh percaya diri mengibarkan Sang Merah Putih. 
Derap langkah mereka begitu kompak dan teratur. Membanggakan. Tak sia-sia mereka berlatih bersama Serda Saeful, dari Kodim 0601 Pandeglang yang sengaja dihadirkan ke Darul Iman.

Upacara HUT RI di pesantren, adalah salah satu cara  memupuk rasa kecintaan para santri terhadap negeri pertiwi. Demikian ditegaskan inspektur upacara, dalam amanatnya. Melalui kegiatan upacara, para santri hendaknya memahami betapa besar jasa para pahlawan yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan.

"Tugas kita sekarang adalah mengisi kemerdekaan, dengan pembangunan. Bagaimana caranya? Bagi para santri, ya dengan belajar", tutur inspektur upacara.

Sikap bermalas-malasan dalam belajar, pada hakikatnya adalah pengkhianatan terhadap nikmat kemerdekaan. Perilaku orang yang tidak mensyukuri nikmat kemerdekaan. Demikian sambung inspektur.

Para peserta upacara mengikuti jalannya upacara dengan tertib. Mereka nampak larut dalam kekhusyuan. Iringan lagu Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta dan lagu-lagu nasional, serta pembacaan Teks Proklamasi, seolah memancarkan kekuatan yang menggetarkan kalbu-kalbu mereka. Imajinasi mereka seakan terbawa menuju 66 tahun silam, ketika pertama kali kemerdekaan diproklamirkan.

Usai upacara, seluruh santri dan dewan asatidz, berkumpul di tepi lapangan, tepatnya di depan sebuah bangunan terbuat dari bambu hitam, berukuran 3 x 9 meter. Itulah Saung Darul Iman, disingkat SAUDI. Pagi itu, saung antik itu dihias cantik, dikelilingi bendera-bendera kertas berukuran kecil, balon-balon, pita dan bunga-bunga kertas. Semua warnanya sama ; pasangan merah putih.

Pada momen 17 Agustus ini, SAUDI diresmikan, ditandai dengan pengguntingan pita oleh Inspektur Upacara, diiringi doa dan tepuk tangan meriah para hadirin. Tepuk tangan yang penuh suka cita dan semangat, dari para santri yang sedang menyemai asa, di Darul Iman yang damai.

Salam Kemerdekaan dari Darul Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar