Selasa, 10 Juli 2012

Rindu Darul Iman

Dua Puluh Tahun Memimpikan Darul Iman
 Ust Hamzah Zaini (berpeci) bersama puteranya Muh Iqbal, di Darul Iman


Pertama kali mengenal Darul Iman tahun 1992 melalui lembaran koran. Kala itu ia masih bujangan dan sedang mondok di Sulawesi. Selama 20 tahun ia memendam asa untuk mengunjungi Darul Iman. Tahun 2012 impiannya jadi kenyataan. Ia datang dari kampung halamannya di Kalimantan Timur  mengantar puteranya menjadi santri Darul Iman.

Malam kian merayap. Udara dingin mulai terasa. Ruang sekretariat Penerimaan Santri Baru (PSB) Darul Iman mulai sepi. Hanya ada tiga orang panitia sedang membereskan berkas-berkas, diiringi lagu Maher Zain dari computer yang masih menyala.

Seorang lelaki berusia separuh baya memasuki ruangan. Tangannya menjinjing tas besar. Raut lelah tak tersembunyikan dari mukanya meski ia mencoba tersenyum. “Assalamu’alaikum”, kalimat salam terucap dari bibirnya. Seorang anak lelaki berusia 12 tahun berdiri di sampingnya.

“Wa’alaikum Salam”, serempak ketiga panitia itu menjawab salam, seraya memmpersilahkan lelaki berpeci itu duduk. Mereka pun terlibat pembicaraan.

* * *
Ungkapan Alhamdulillah diucapkan berkali-kali oleh Hamzah Zaini, pria separuh baya itu. Senyum sumringahnya tak henti tersungging dari bibirnya. Betapa tidak. Ia baru saja menempuh perjalanan dari Balikpapan Kalimantan Timur menuju Kadupandak, sebuah kampong di pedesaan Pandeglang.

Ia bersyukur  bukan hanya karena telah sampai di tempat tujuan, setelah melewati kemacetan panjang antara Bandara Cengkareng – Pandeglang. Maklum, Ahad sore dan masih dalam musim liburan sekolah. Cengkareng-Pandeglang ia tempuh selama hamper 9 jam. Setelah sempat muter-muter di Jakarta, hingga berjalan kaki antara stasiun Gambir hingga Monas akibat belum tahu rute. Tak cukup itu, ia pun menikmati kemacetan dan ngetem-nya bis Asli Prima yang ia tumpangi dari Kalideres ke Pandeglang.

Ia bersyukur dan sangat berbahagia bisa menginjakkan kakinya di Darul Iman, pesantren yang ia rindukan sejak tahun 1992. “Saya sangat bahagia bisa sampai ke Darul Iman”, tuturnya lugas. “Ya, benar. Saya sangat bahagia”, ia mengulangi kalimatnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Tatapan mata yang tajam menyapu setiap pojok ruangan.

Raut dan keriput mukanya menandakan ia seorang yang telah banyak makan asam garam kehidupan. “Menyekolahkan anak ke Darul Iman adalah obsesi saya sejak 1992”, tuturnya mengenang.

* * *
Ustad Hamzah Zaini yang dikenal sebagai da’I di kota Balikpapan ini mengaku pertama kali mengenal Darul Iman  pada tahun 1992 melalui sebuah media cetak local. Ia sangat tertarik dengan konsep Darul Iman sebagai Islamic Training College. Lembaran Koran yang memberitakan Darul Iman itu pun ia simpan. Seperti halnya ia menyimpan keinginannya untuk mengunjungi Darul Iman.

Saat membaca koran itu, ia masih bujangan dan masih berstatus santri di sebuah pondok di Sulawesi Selatan. Meski demikian, ia memohon kepada Allah agar kalau nanti menikah dan memiliki anak, ia ingin ada salah satu anaknya belajar di Darul Iman.

Doanya itu terus ia panjatkan siang dan malam, hingga Allah berkenan mengabulkan harapannya. Setelah 20 tahun berlalu, atau tepatnya Ahad 08 Juli 2012, ia berhasil menginjakkan kakinya di Darul Iman, mengantar Muhammad Iqbal, putera keduanya, untuk mendaftar sebagai santri Darul Iman. Subhanallah wal Hamdu Lillah.

* * *  
Malam itu, ia tak hanya datang membawa putera tercintanya, melainkan juga membawa lembaran koran local terbitan 1992 yang memberitakan Darul Iman itu. Lembaran koran yang telah nampak usang ditelan waktu. Tapi niat dan kegigihan ustad Hamzah Zaini untuk menitipkan puteranya di Darul Iman tak pernah usang.  

Man Jadda Wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan.

Darul Iman, 10 Juli 2012

Rabu, 27 Juni 2012

Haflah 2012

Haflah Angkatan XVI, Sukses dan Meriah

Ada yang berbeda dengan suasana Haflah Angkatan XVI Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman. Dibanding dengan beberapa haflah sebelumnya, haflah yang digelar pada hari Ahad, 24 Juni 2012 ini memiliki beberapa keistimewaan.

Pertama, haflah kali ini tidak melibatkan unsur pejabat public. Tidak seperti – misalnya - Haflah  2011 yang dihadiri Gubernur Atut Chosiyah atau Haflah 2008 yang dihadiri Bupati Dimyati Natakusumah.

Haflah 2012 pun terasa lebih khidmat. Konsentrasi panitia dan hadirin tidak banyak terbagi. Perhatian seluruh panitia, wisudawan, para wali santri dan juga tamu undangan lainnya, terfokus pada substansi acara Haflah.

Acara prosesi wisuda juga berlangsung khidmat. Sambutan wisudawan yang diwakili oleh Eka Agustiarawati, membuat hadirin diam termenung dan larut dalam suasana haru. Maklum, Eka mengungkapkan terima kasih dan penghormatannya kepada pondok dengan untaian kata yang teratur, kadang puitis, intonasinya pas dengan suasana haru yang melatarbelakanginya. Disusul dengan sambutan wakil wali santri kelas akhir, - disampaikan oleh Drs. Tb Chasuri - yang secara lugas mengungkapkan kebanggaannya memiliki anak yang belajar di Darul Iman. “Darul Iman terbukti mampu bersaing di kancah global. Buktinya, anak saya mampu bersaing dan lulus pada program beasiswa Mesir yang diikuti oleh ribuan peserta se-Indonesia”, ujarnya.   

Kedua, partisipasi kehadiran wali santri sangat tinggi. Berdasarkan catatan Buku Tamu, prosentase kehadiran wali santri – baik tingkat MTs, MA, juga TPA/MDA - mendekati 100 persen. Laporan dari para wali kelas juga menyiratkan hal yang sama ; hamper semua raport diambil langsung oleh wali santri masing-masing.

Yang sangat membanggakan, para wali santri umumnya memboyong keluarga besarnya dating ke acara Haflah 2012. Bahkan banyak juga di antara mereka mengajak family atau tetangga dekatnya. Ust Rahmatullah misalnya, wali dari Ruhyat (kls 3) dan Aris (kls 1). Ia dating bersama isteri dan dua anaknya yang lain, juga tiga keluarga tetangganya. “Saya ingin mengenalkan Darul Iman kepada tetangga saya”, tutur Ust Rahmatullah yang dikenal sebagai Kyai/Ustad di Komplek Bumi Cirus Permai (BCP) ini.

Haji Maman juga begitu. Wali santri asal kota Bekasi ini membawa keluarga besarnya ke Pandeglang. Satu mobil APV pun penuh. Eva Syarifa Wardah, dosen Fak Tardab IAIN SMH Banten asal Garut /wali santri Hary (kls 1), juga mengajak keluarganya secara lengkap ke Darul Iman.

Meriahnya tamu wali santri dapat dilihat dari parkiran kendaraan di lapangan hijau yang ramai, penuhnya Saung Darul Iman (SAUDI) dan dua saung lain oleh keluarga santri, juga kursi-kursi tamu yang terisi.

Ketiga, tingkat kehadiran alumni yang juga tinggi. Haflah 2012 adalah haflah dengan kehadiran alumni tertinggi, setidaknya jika dibandingkan dengan haflah dalam 4-5 tahun terakhir.

Sejak Sabtu sore hingga malam hari, puluhan alumni berdatangan. Terutama dari bebeapa angkatan terakhir. Mereka Nampak berbincang dengan dewan asatidz dan unsure pengurus pondok. Ahad pagi hingga Ahad siang, para alumni dari angkatan-angkatan awal juga nampak hadir. Mereka turut berbaur dengan keluarga wali santri di arena haflah, sebagian lagi berkumpul-kumpul di Aula Gedung Baru, tempat yang secara khusus disediakan oleh panitia untuk para alumni. Ahad siang sekitar pukul 14.00, para alumni melakukan silaturahmi dengan Bapak Pengasuh di Aula Gedung Baru.

Alhamdulillah. Haflah Angkatan XVI telah berlangsung dengan sukses. Para wisudawan berbahagia karena mendapat ijazah, para santri merasa senang karena naik kelas dan mau liburan, para wali santri berbangga putera-puteri mereka jadi soleh/solehah, para alumni pun bersyukur bisa bernostalgia, berbagi cerita lama di ma’had tercinta. Kebersamaan memang selalu indah. Salam dari Darul Iman.

Jumat, 27 April 2012

UKS Darul Iman

UKS Darul Iman, Menuju Pesantren Sehat

 Tim Medis dari Puskesmas Kec Banjar selaku Pembina UKS/PMR Darul Iman

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Nopember 2011 adalah bulan istimewa bagi Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman. Sebuah program yang diimpikan para santri sejak lama, yakni Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Darul Iman, "lahir" pada bulan ini.

Proses pembentukan UKS Darul Iman terhitung cepat. Digagas, didiskusikan dan dirumuskan sejak awal Oktober. Pada hari JUmat 28 Oktober 2011 dan 11 Nopember 2011, diadakan musyawarah dengan unsur Puskesmas Kec Banjar, selaku mitra utama Program UKS.  Beberapa persiapan kemudian dilakukan, dan Alhamdulillah, Rabu, 16 Nopember 2011 lalu, UKS Darul Iman resmi dibuka. Sejumlah pejabat lokal hadir ke Darul Iman, di antaranya dr Kodiat Juarsa (Kasi Kesehatan Remaja Dinkes Pandeglang), dr.Ika Marliah, M.Si (Kepala Puskesmas Banjar), Kepala UPT Dinas Pendidikan Kec Banjar, Kades Kadulimus, serta sejumlah tenaga medis. Tim Pelaksana UKS Darul Iman pun dikukuhkan, berbekal SK Direktur Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman, No 02/SK/YPPTDI/XI/2011.

Untuk sementara ini, Program utama UKS Darul Iman terkonsentrasi pada tiga hal yang merupakan Trias UKS, yakni Pelayanan Kesehatan, Pendidikan Kesehatan, dan Penciptaan Lingkungan Sehat. Program Pelayanan Kesehatan diwujudkan dengan pemeriksaan kesehatan santri setiap hari Selasa. Alhamdulillah, hingga catatan ini ditulis, sudah dua Selasa kami lalui dengan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Selasa 8 Nop lalu untuk kelas 1 dan 2 MTs, sedangkan Selasa 22 Nop yang baru berlalu adalah untuk kelas 3 MTs.

Program Pendidikan Kesehatan diwujudkan melalui pembentukan Kader Kesehatan Remaja (KKR), sebanyak 35 santri Aliyah. Mereka setiap hari Jumat pagi mendapat pelatihan tentang dasar-dasar ilmu kesehatan dari tim medis Puskesmas Banjar. Program ini pun sudah dimulai sejak Jumat 18 Nop 2011 lalu.

Masih terkait dengan program Pendidikan Ksehatan ini pula, Alhamdulillah 3 (tiga) orang kader UKS kami, mendapat kepercayaan mewakili Kab Pandeglang pada acara Pelatihan Kader Kesehatan Remaja, yang diselenggarakan oleh DInkes prop Banten, 21-25 Nop 2011 ini di Kota Serang. Harapan kami, semoga sekembalinya dari acara itu, ketiganya dapat menjadi "nutrisi" baru bagi UKS Darul Iman.

Program Ketiga adalah Penciptaan Lingkungan Sehat. Program ini diwujudkan dengan kegiatan Jumat Bersih, Anugerah Kamar Terbersih, Anugerah Lemari Terapih, serta Pembuatan Taman Sekolah. Taman ini rencananya akan dibangun di halaman gedung baru, di tepi lapangan hijau. 

Melalui program UKS Darul Iman, kami bermaksud mewujudkan visi Santri Sehat Pesantren Sehat. Mohon dukungannya juga dari pembaca semua. Salam dari Darul Iman.

Darul Iman, 22 Nopember 2011

Jodoh di Pesantren

Mereka Bertemu Jodoh di Darul Iman
 

Abdul Gofur dan Ayoh Febriyanti yang baru saja melangsungkan pernikahan beberapa hari lalu, hanyalah satu di antara sekian puluh pasangan suami isteri yang sama-sama alumni – atau setidaknya pernah menjadi santri – Darul Iman. Siapa saja yang lainnya? Berikut ulasannya.

Sekitar tahun 1996 atau 1997, Sony Tulung, presenter acara Kuis Famili 100 di salah satu stasiun TV swasta, bertanya kepada para peserta kuis, “Di mana orang biasa bertemu jodoh?” Para peserta pun berlomba menjawab dengan jawaban yang variatif. Dan ternyata, jawaban dengan rating tertinggi adalah “di kampus atau sekolahan”.

Ya, survey membuktikan bahwa kampus atau sekolahan terbukti menjadi sebuah tempat pertemuan jodoh yang paling efektif. Satu bukti sederhana, adalah lembaga pendidikan kita tercinta, Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman. Tak kurang dari 20 pasangan suami isteri yang ada saat ini, adalah mereka yang sama-sama pernah mengecap pendidikan di pesantren yang berdiri pada tahun 1991 ini. (Selengkapnya dapat dilihat di table)

Di antara mereka, ada yang memang sudah saling mengenal sejak masih di pondok, karena sama-sama aktif di organisasi atau karena memang satu kelas. Kemudian perkenalan itu terus dilanjutkan hingga setelah lulus, dan berakhir di pelaminan. Ini terjadi pada sebagian besar pasangan. Ada lagi pasangan yang justru dekat ketika sama-sama telah lulus dari Darul Iman. Saat di pondok, keduanya hanya kenal atau berteman biasa. Begitu lulus, komunikasi di antara mereka mulai terbangun secara intensive dan special

Tetapi yang unik, ada pasangan yang saat di pondok, keduanya mengaku sama-sama tidak saling mengenal, karena jarak angkatan yang jauh. Ayoh dan Gofur mewakili kelompok ini. “Saat di pondok, saya tidak kenal dia, dan dia tidak kenal saya”, kenang Gofur, beberapa hari sebelum pernikahan berlangsung. Ayoh pun mengiyakan. Kok bisa? “Waktu itu, saya kelas VI, sedangkan Ayoh kelas I”, tutur Gofur yang lulus dari Darul Iman pada tahun 2000. Bisa jadi, kala itu Gofur konsentrasi penuh pada ujian akhir, sedangkan Ayoh yang baru masuk, sibuk dengan masa adaptasi di lingkungan pesantren. Praktis, di antara keduanya tidak ada komunikasi.

Santri-Guru  
Perjodohan yang terjalin dari Darul Iman, tak hanya sesame santri. Ada juga dari kalangan guru yang menikah dengan santri, guru dengan guru, dan bahkan santri dengan wali santri.

Di antara pasangan guru dengan santri adalah Ust Abdurrosyad dengan Euis Hermawati, Usth Uus dengan Fathurrahman, dan Ust Munif dengan Ani Mukarimah. Pasangan guru dengan guru adalah Ust Ahmad Mujani dengan Usth Maesaroh.

Santri menikah dengan santri, guru menikah dengan santri, atau santri menikah dengan guru, barangkali termasuk hal yang lumrah terjadi. Yang jarang terjadi adalah santri menikah dengan orangtua temannya sendiri. Seperti yang dialami oleh Rohimah, santriwati asal Lampung yang menikah dengan H Encep, yang tak lain adalah ayah Nurlela, kawan sekelas Rohimah di Darul Iman. Dengan demikian, Rohimah tak lagi sekedar sahabat bagi Nurlela, tetapi kini merangkap sebagai ibu.

Urusan jodoh memang benar-benar rahasia ilahi. Hari ini teman sekelas, bisa jadi esok lusa menjadi teman hidup. Seperti yang telah terjadi pada puluhan pasangan alumni Darul Iman. Siapa lagi yang akan menyusul ?

Tabel Data Pasangan Suami Isteri*

No   Suami / Angkatan       Isteri / Angkatan
1      Abdul Gofur (IV)             Ayoh Febriyanti (X)
2      Ahmad Juhaedi (X)          Atria Sunengsih (X)
3      Munajat (VIII)                Kiki Zakia (VII)
4      Anugerah Sejati (V)        Dina (V)
5      Agung Rahadian (I)        Nina Maryana (II)
6      Encuk Sudarma (I)          Yanti (II)
7      Ust Dedi Wijaya              Ade Eka Safitri (III)
8      Fahrudin (II)                  Titin Sumarni (II)
9      Nurhasan (I)                  Imas Masnah (V)
10    Fathurrahman (I)            Usth Uus
11    Maulana Sodik (IV)          Usth Eha
12    Ust Abdurrosyad            Euis Hermawati (II)
13    Ust Munif                       Ani Mukarimah (2)
14    Jaka (V)                        Malul Hayat (V)
15    Ust Ahmad Mujani          Usth Maesaroh
16    Nurhadiansyah (IV)        Yuli Kurniawati (II)
17    Hasanudin (VI)               Santi (X)
18    Heri (XI)                        Citra (XII)
19    Ryan Ruhyat                 Neni
20    H Encep (Wali Santri)      Rohimah (I)

* Sumber data : wawancara dengan Ibu Dra Maesaroh, Kep MA Darul Iman. 

HUT RI 2011

Hari Kemerdekaan yang Menggetarkan

 

Cerahnya sinar mentari pagi, Rabu 17 Agustus 2011 yang baru berlalu, mengiringi jalannya upacara HUT RI ke-66 di lapangan hijau kampus Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman. Para santri peserta upacara yang mengenakan seragam putih-putih, tak bergeming sedikt pun ; mereka tetap di tempatnya hingga akhir upacara. Pun juga jajaran dewan asatiz yang berseragam ; khidmat mengikuti jalannya upacara tahunan ini.

Sejak pagi, instrumen lagu-lagu nasional diputar melalui sound system, bergema di kawasan pondok dan sekitarnya. Hiasan bendera-bendera kecil dan pita merah-putih yang membalut beberapa bagian gedung, semakin menyemarakkan suasana. Menandai sekaligus mengokohkan identitas upacara yang akan segera digelar ; upacara peringatan hari kemerdekaan negeri tercinta.

Pukul 08.15 WIB, upacara pun dimulai. Ust H Dede Ahmad Permana MA bertindak selaku inspektur upacara. Asropul Anam - santri kelas 2 Aliyah asal Panimbang - mendapat kepercayaan sebagai Komandan Upacara. Teriakannya yang lantang saat menyiapkan barisan dan menghormat bendera, membuat seluruh peserta upacara terkesiap, hingga mereka tak beranjak sediki pun dari posisi sikap sempurna. Sedangkan Qori Maulidini - ketua OSDI Pi 2011-2012 - menjadi MC. Suaranya menggema, didukung intonasi yang tepat, semakin memastikan bahwa ini bukanlah upacara biasa.

Kemudian, tujuh belas orang Tim Paskibra dengan penuh percaya diri mengibarkan Sang Merah Putih. 
Derap langkah mereka begitu kompak dan teratur. Membanggakan. Tak sia-sia mereka berlatih bersama Serda Saeful, dari Kodim 0601 Pandeglang yang sengaja dihadirkan ke Darul Iman.

Upacara HUT RI di pesantren, adalah salah satu cara  memupuk rasa kecintaan para santri terhadap negeri pertiwi. Demikian ditegaskan inspektur upacara, dalam amanatnya. Melalui kegiatan upacara, para santri hendaknya memahami betapa besar jasa para pahlawan yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan.

"Tugas kita sekarang adalah mengisi kemerdekaan, dengan pembangunan. Bagaimana caranya? Bagi para santri, ya dengan belajar", tutur inspektur upacara.

Sikap bermalas-malasan dalam belajar, pada hakikatnya adalah pengkhianatan terhadap nikmat kemerdekaan. Perilaku orang yang tidak mensyukuri nikmat kemerdekaan. Demikian sambung inspektur.

Para peserta upacara mengikuti jalannya upacara dengan tertib. Mereka nampak larut dalam kekhusyuan. Iringan lagu Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta dan lagu-lagu nasional, serta pembacaan Teks Proklamasi, seolah memancarkan kekuatan yang menggetarkan kalbu-kalbu mereka. Imajinasi mereka seakan terbawa menuju 66 tahun silam, ketika pertama kali kemerdekaan diproklamirkan.

Usai upacara, seluruh santri dan dewan asatidz, berkumpul di tepi lapangan, tepatnya di depan sebuah bangunan terbuat dari bambu hitam, berukuran 3 x 9 meter. Itulah Saung Darul Iman, disingkat SAUDI. Pagi itu, saung antik itu dihias cantik, dikelilingi bendera-bendera kertas berukuran kecil, balon-balon, pita dan bunga-bunga kertas. Semua warnanya sama ; pasangan merah putih.

Pada momen 17 Agustus ini, SAUDI diresmikan, ditandai dengan pengguntingan pita oleh Inspektur Upacara, diiringi doa dan tepuk tangan meriah para hadirin. Tepuk tangan yang penuh suka cita dan semangat, dari para santri yang sedang menyemai asa, di Darul Iman yang damai.

Salam Kemerdekaan dari Darul Iman

Ramadhan & Agustus 2011

Gebyar Ramadhan di Darul Iman
Berpuasa bukanlah alasan untuk bersantai.  Momentum Ramadhan justru kesempatan untuk meraih sukses.
Berangkat dari prinsip ini, Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman menggelar sejumlah kegiatan selama bulan suci ini. Selain Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang rutin setiap hari dan kegiatan tarawih berjamaah di masjid, terdapat pula program Tahfidz Alquran bagi para santri yang dilaksanakan setiap usai Subuh. Para santri tingkat MTs menghafal juz ‘Amma, sedangkan para santri MA menghafal juz 1 dan 2.

Setiap bakda Dzuhur dan Ashar ada program Tadarus Alquran.  Khusus santri Aliyah, setiap sore dan bakda Tarawih, ada kegiatan pengajian kitab kuning, masing-masing Bidayatul Hidayah yang diasuh oleh Ust Ahmad Haetami, dan kitab Fathul Qorib, oleh Ust Dede Ahamd Permana.  

Ramadhan dan Agustusan
Peringatan HUT RI yang insya Allah berbarengan dengan Nuzulul Quran (17 Ramadhan), juga menjadi momen spesial bagi Organisasi Santri Darul Iman (OSDI). Ada 4 kegiatan penting yang digelar menjelang Agustusan ini, yang kesemuanya dikemas dalam rangakian acara bertajuk “Gebyar Ramadhan 1432 H”. Keempat program itu adalah sebagai berikut :

Program Pertama, Perlombaan Kemerdekaan, Kamis-Sabtu, 11-13 Agustus 2011. Isinya adalah Lomba Drama bertema Kemerdekaan, Lomba Paduan Suara Lagu Nasional, serta pertandingan beberapa cabang olah raga.
Pada perlombaan drama yang baru saja berlalu, para santri menampilkan beragam kreatifitas yang sangat variatif dan inovatif. Ada drama berjudul “Detik-detik Proklamasi”, “Mengusir Penjajah Jepang”, dan lain-lain. Semua penampilan menyiratkan pesan yang sama ; berusaha mensyukuri nikmat kemerdekaan.

Program Kedua, Upacara HUT RI ke-66, Rabu 17 Agustus 2011. Guna memantapkan tim Paskibra Santri dalam hal Tata Upacara dan baris Berbaris, pihak pondok mengundang pelatih Paskibra dari unsur militer, yakni dari Koramil Kec. Banjar. 

Program Ketiga, Kuliah Ramadhan, setiap sore Rabu-Jumat, 17-19 Agustus 2011. Tempatnya bukan di aula, melainkan di Saung Darul Iman (SAUDI) yang baru saja tuntas pembangunannya. SAUDI adalah sebuah saung antik seluas 40 meter per segi, terbuat dari bambu hitam dengan ukiran tradisional yang artistik. Lokasinya di pinggir lapangan hijau.
Program Keempat, Peringatan Hari Besar Islam Nuzulul Quran, sekaligus Amanat Pengasuh menjelang perpulangan liburan, Sabtu 20 Agustus 2011, di Aula Babussalam.

Nasionalisme Santri
Menurut Ust Dede Ahmad Permana - Pembina OSDI yang bertanggungjawab atas kegiatan-kegiatan santri – pemilihan tema-tema kemerdekaan sangat penting dalam rangka memupuk dan menumbuhkan semangat nasionalisme para santri. Agar para santri belajar menghargai nikmat kemerdekaan. Pada gilirannya nanti, mereka bangga menjadi bangsa Indonesia. “Agama Islam sendiri mengajarkan Hubbul Wathan Minal Iman, Cinta tanah air dan bangsa adalah bagian dari keimanan”, tuturnya.

Salam Ramadhan dari Darul Iman

Haflah Gubernur

Gubernur Banten Hadiri Haflah Angkatan XV
 

Haflah angkatan XV Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman (PPTDI) yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2011 lalu terasa sangat istimewa. Gubernur Banten, Hj Ratu Atut Chosiyah SE hadir pada acara tersebut, bersama sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat. Di antaranya Assda III Prov Banten, Kabag TU Kanwil Kemenag Prov Banten, Kabag TU Kemenag Kab Pandeglang,  Ketua MUI Kab Pandeglang, Ketua FSPP Kab Pandeglang dan sejumlah kyai di Pandeglang.

Tenda besar ukuran 18 x 18 meter yang digelar di lapangan hijau Darul Iman, dipadati sekitar 700an hadirin, yang terdiri dari para wali santri, para santri, jamaah majelis taklim dan warga sekitar pondok. Sejak jam 08.00 pagi, mereka telah berdatangan dan memadati lokasi acara. Para petugas keamanan dari Polsek Banjar dan Kodim 0601 Pandeglang juga telah bersiaga sejak pagi. Informasi kedatangan Gubernur ke Darul Iman memang telah dipublikasikan secara luas sejak beberapa hari sebelum acara.

Dalam amanatnya yang disampaikan tanpa teks selama 30 menit, Gubernur mengapresiasi keberadaan dan peran Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman, yang memiliki peran strategis dalam pendirian provinsi Banten. Gagasan pendirian provinsi Banten memang dicetuskan pertama kali oleh Bpk Pengasuh pada saat kunjungan Presiden BJ Habibi ke Darul Iman, 05 Febr 1999 lalu. "Sejarah pembentukan prov Banten, tak bisa dilepaskan dari nama Darul Iman", tutur Gubernur yang berpidato sekitar 30 menit tanpa teks ini. Gubernur juga mengapresiasi peran dan kiprah Bpk KH Aminudin Ibrahim, LML (pengasuh) yang telah banyak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan provinsi Banten. Misalnya peran beliau di PWNU Banten, FSPP dan LPTQ.  

Terkait dengan perannya sebagai kepala daerah, Gubernur juga meminta doa dari hadirin agar mendapat kekuatan dalam menjalankan amanah. Sambil sesekali diselingi bahasa Sunda, Gubernur bercerita tentang program-program pembangunan yang digagasnya untuk daerah Pandeglang.

Pada akhir amanatnya, Gubernur berkenan menyampaikan bantuan sebesar 100 juta rupiah untuk pengembangan Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman. Sedangkan pada sesi akhir, Gubernur juga sempat menyalami para wisudawan/wisudawati dan para santri yang mendapat peringkat terbaik di kelas masing-masing.

Salam dari Darul Iman